Tahun akademik 2008-2009 sudah di depan mata. Kesibukan-kesibukan untuk menyambut tahun akademik baru pun tampak di sana-sini. Mulai dari jajaran akademik di universitas dan fakultas, dekanat, dosen, mahasiswa senior, dan yang tak kalah sibuk tentunya adalah saudara-saudara kita yang baru saja lulus dari jenjang pendidikan SMA dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ya, saudara-saudara kita itu akan menghadapi lembaran baru dalam hidupnya, memasuki fase yang lebih tinggi dengan segala suka, duka, dan tantangan. Mereka akan menyandang status baru sebagai “mahasiswa”.
Hal baru bagi mahasiswa baru (maba) merupakan perubahan, dan kita tahu bahwa perubahan adalah sebuah keniscayaan. Hanya perubahan sendiri yang tidak pernah berubah. Hal itu juga lah yang dialami oleh maba ketika memasuki dunia kampus. Mungkin memori dan romansa semasa SMA masih begitu terkenang dalam hati para maba. Namun, hidup terus bergulir dan teman-teman maba harus mempersiapkan diri untuk memenuhi dan mencapai masa depannya, dan juga karena mereka adalah sang harapan baru.
Harapan Baru
Status baru yang disandang oleh mereka tentunya menghadirkan harapan baru. Harapan baru tersebut tak hanya muncul dari mahasiswa baru, namun juga dari mahasiswa senior. Bagi aktivis kampus, tahun akademik baru menghadirkan secercah harapan akan kader yang militan dan solid serta memiliki kemampuan manajemen organisasi yang baik. Lembaga mahasiswa di kampus, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Lembaga Kemahasiswaan (LK), maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) membutuhkan regenerasi dan pembaharuan yang dilakukan oleh golongan muda dalam menjalankan peran strategisnya dalam penyelenggaraan kegiatan dan aktivitas yang bersifat kontributif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Lalu, bagaimana antusiasme maba UGM 2008 ini untuk mengikuti organisasi kemahasiswaan di kampus? Dari survey kecil-kecilan yang dilakukan tim redaksi terhadap 32 maba UGM secara acak, sebanyak 26 maba menyatakan berminat untuk ikut organisasi, sementara enam orang mengatakan tidak berminat. Sebagai catatan, survey ini tidak dimaksudkan untuk mencerminkan keseluruhan populasi maba UGM 2008.
Tim Redaksi juga mengadakan wawancara dengan beberapa maba. Ternyata, meskipun kebanyakan di antara mereka tidak terlalu aktif dalam kegiatan dan organisasi di sekolah dulu, mereka mengatakan memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di kampus. Deni (Tekno Pertanian’08) misalnya, mengatakan bahwa ia tertarik untuk bergabung dengan organisasi di bidang jurnalistik dengan untuk menyalurkan hobinya. Dahulu, tidak ada suatu wadah organisasi di sekolah yang dapat mengakomodasi hobinya tersebut sehingga akhirnya ia menuangkan hobi menulis dalam blognya.
Lain lagi dengan Wahyu (Administrasi Negara’08), maba yang dulunya aktif di OSIS ini memiliki keinginan besar untuk bisa bergabung dengan organisasi BEM UGM. Alasannya, ia ingin melatih jiwa organisasi dan kepemimpinannya agar mampu memberikan manfaat dari ilmu yang diperolehnya di lingkungan masyarakat.
Motivasi tiap maba untuk turut aktif dalam kegiatan-kegiatan di kampus memang berbeda-beda, untuk pribadi sendiri atau juga untuk orang banyak. Tapi, ada hal yang bisa kita lihat secara positif, yaitu semangat dan kebanggaan mereka untuk menyongsong harapan baru dalam menyandang gelar sebagai seorang mahasiswa. Mahasiswa adalah orang-orang pilihan sejarah untuk melakukan tugas mulia tanpa pamrih. Perguruan tinggi tidak mencetak orang-orang pintar yang tumpul berkarya bagi lingkungannya. Sudah sepantasnya dan sepatutnya mahasiswa baru tidak hanya terjebak dalam jubah identitas dan status, melainkan belajar memaknai apa arti menjadi seorang intelektual.
[Harri, Lingga]
Hal baru bagi mahasiswa baru (maba) merupakan perubahan, dan kita tahu bahwa perubahan adalah sebuah keniscayaan. Hanya perubahan sendiri yang tidak pernah berubah. Hal itu juga lah yang dialami oleh maba ketika memasuki dunia kampus. Mungkin memori dan romansa semasa SMA masih begitu terkenang dalam hati para maba. Namun, hidup terus bergulir dan teman-teman maba harus mempersiapkan diri untuk memenuhi dan mencapai masa depannya, dan juga karena mereka adalah sang harapan baru.
Harapan Baru
Status baru yang disandang oleh mereka tentunya menghadirkan harapan baru. Harapan baru tersebut tak hanya muncul dari mahasiswa baru, namun juga dari mahasiswa senior. Bagi aktivis kampus, tahun akademik baru menghadirkan secercah harapan akan kader yang militan dan solid serta memiliki kemampuan manajemen organisasi yang baik. Lembaga mahasiswa di kampus, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Lembaga Kemahasiswaan (LK), maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) membutuhkan regenerasi dan pembaharuan yang dilakukan oleh golongan muda dalam menjalankan peran strategisnya dalam penyelenggaraan kegiatan dan aktivitas yang bersifat kontributif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Lalu, bagaimana antusiasme maba UGM 2008 ini untuk mengikuti organisasi kemahasiswaan di kampus? Dari survey kecil-kecilan yang dilakukan tim redaksi terhadap 32 maba UGM secara acak, sebanyak 26 maba menyatakan berminat untuk ikut organisasi, sementara enam orang mengatakan tidak berminat. Sebagai catatan, survey ini tidak dimaksudkan untuk mencerminkan keseluruhan populasi maba UGM 2008.
Tim Redaksi juga mengadakan wawancara dengan beberapa maba. Ternyata, meskipun kebanyakan di antara mereka tidak terlalu aktif dalam kegiatan dan organisasi di sekolah dulu, mereka mengatakan memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di kampus. Deni (Tekno Pertanian’08) misalnya, mengatakan bahwa ia tertarik untuk bergabung dengan organisasi di bidang jurnalistik dengan untuk menyalurkan hobinya. Dahulu, tidak ada suatu wadah organisasi di sekolah yang dapat mengakomodasi hobinya tersebut sehingga akhirnya ia menuangkan hobi menulis dalam blognya.
Lain lagi dengan Wahyu (Administrasi Negara’08), maba yang dulunya aktif di OSIS ini memiliki keinginan besar untuk bisa bergabung dengan organisasi BEM UGM. Alasannya, ia ingin melatih jiwa organisasi dan kepemimpinannya agar mampu memberikan manfaat dari ilmu yang diperolehnya di lingkungan masyarakat.
Motivasi tiap maba untuk turut aktif dalam kegiatan-kegiatan di kampus memang berbeda-beda, untuk pribadi sendiri atau juga untuk orang banyak. Tapi, ada hal yang bisa kita lihat secara positif, yaitu semangat dan kebanggaan mereka untuk menyongsong harapan baru dalam menyandang gelar sebagai seorang mahasiswa. Mahasiswa adalah orang-orang pilihan sejarah untuk melakukan tugas mulia tanpa pamrih. Perguruan tinggi tidak mencetak orang-orang pintar yang tumpul berkarya bagi lingkungannya. Sudah sepantasnya dan sepatutnya mahasiswa baru tidak hanya terjebak dalam jubah identitas dan status, melainkan belajar memaknai apa arti menjadi seorang intelektual.
[Harri, Lingga]
No comments:
Post a Comment