Mengapa kita ada dan untuk apa keberadaan kita?
Dari sekian miliar jiwa, mungkin hanya segelintir orang yang mau berpikir tentang hal itu. Dan dari segelintir orang tersebut, mungkin hanya sedikit pula yang berhasil menemukan jawabnya.
Mampukah kita menjadi bagian dari yang sedikit itu?
Kemungkinan itu pasti jika kita menyadari esensi kita sebagai manusia dengan menentukan visi dan misi sejati dalam hidup ini. Sebagai seorang muslim, sudah sangat jelas bahwa kesejatian visi itu terletak pada alam akhirat (surga). Telah banyak contoh yang ditinggalkan oleh tokoh-tokoh terdahulu yang mereka telah berhasil menyempurnakan hidupnya karena kuatnya visi dan misi hidup mereka, sehingga sangat tidak logis jika kita merasa kehilangan teladan dalam pencetakan diri seorang muslim.
Khadijah binti Khuwailid, beliau merupakan salah satu wanita yang memiliki keteguhan hati dan kebulatan tekad untuk mewujudkan visi utamanya yaitu menggapai keridhaan Allah dan Rasul Nya.
Khadijah yang dikenal sebagai “wanita suci”, rela mengorbankan kepentingan pribadinya demi tergapainya misi dan visi hidupnya. Segala penderitaan selama mendampingi dakwah Rasulullah SAW beliau lalui dengan penuh keikhlasan dan kesabaran serta keteguhan seorang istri. Beliau selalu berlapang dada, ketika sang suami harus menjauh darinya untuk berkhalwat di gua Hira’. Harta benda yang beliau miliki, beliau ikhlaskan untuk berjuang sepenuhnya di jalan Allah SWT. Sebagaimana yang beliau lakukan pada waktu terjadi pemboikotan terhadap kaum muslim secara ekonomi, politik, dan sosial selama tiga tahun beliau tampil mengeluarkan segala yang dimilikinya untuk meringankan beban kaum muslim.
Apa yang dikorbankan oleh Khadijah bukanlah sesuatu yang sia-sia karena beliau berhasil mewujudkan visinya, sebagaimana sabda Rasulullah: “Sebaik-baik wanita surga adalah Maryam binti ‘Imran dan Khadijah binti Khuwailid” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja untuk mengatakan: ‘Kami beriman’, sedang mereka tida diuji?” (QS. Al-Ankabut :2)
Demikian juga kita belum dikatakan sebagai manusia yang memiliki wujud diri secara utuh sebelum kita tahu visi dan misi hidup kita. Dan visi misi tersebut belum dikatakan ada jika kita tidak berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Wallahu a’lam bishawab.
[Anita]
No comments:
Post a Comment